
Kartini di masa hidupnya dikenal gigih memperjuangkan emansipasi wanita, khususnya di bidang pendidikan. RA Kartini lahir pada 21 April tahun 1879 di Kota Jepara, hari kelahirannya itu kemudian diperingati sebagai Hari Kartini untuk menghormati jasa-jasanya pada bangsa Indonesia.
Jacques Henrij Abendanon, Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda dari tahun 1900-1905 mempunyai peran besar dalam menguak gagasan dan pemikiran brilian Raden Adjeng Kartini yang mencerahkan itu. J.H Abendanon adalah sahabat RA Kartini yang mengumpulkan surat-surat Kartini pada para sahabatnya di Eropa, yang kemudian diterbitkan menjadi sebuah buku pada tahun 1911 dengan judul Door Duisternis Tot Licht (Habis Gelap Terbitlah Terang).
Habis Gelap Terbitlah Terang, sejatinya adalah kutipan dari ayat suci Al-Qur'an surat al-Baqarah ayat 257:
“Allah adalah wali/penolong bagi orang-orang yang beriman, Allah mengeluarkan mereka dari kegelapan-kegelapan menuju cahaya. Adapun orang-orang kafir maka penolong-penolong mereka adalah thaghut, yang mereka itu mengeluarkan mereka dari cahaya menuju kegelapan-kegelapan. Mereka itulah para penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” (QS. al-Baqarah: 257)
RA Kartini terinspirasi dengan kalimat agung tersebut ketika dia mempelajari tafsir Qur'an bahasa Jawa "Faidlur Rahman fi Tafsiril Quran" karya KH Soleh Darat, guru spiritualnya. Kutipan itu seringkali tercantum dalam surat-surat RA Kartini untuk koleganya di Eropa. Ia sangat terkesan dengan ungkapan mendalam Minazh-Zhulumaati ilan Nuur dari ayat 257 Al Baqarah itu.
Hari ini, 21 April 2017, genap 138 tahun sejak kelahiran RA Kartini. Meskipun beliau sudah wafat pada 17 September 1904, tapi semangat perjuangannya masih menginspirasi kita semua. Bangsa Indonesia memperingati 21 April sebagai Hari Kartini, tonggak sejarah lahirnya seorang wanita Indonesia yang berjuang untuk kaumnya, wanita Indonesia.
(srd)